Total Tayangan Halaman

Senin, 31 Maret 2014

Mak Comblang HELPPPP!!!

“MISSION COMPLETE!”  Teriakan itu menghambur keluar dari bibir tipis Vania , gadis cantik berusia tujuh belas tahun, yang sedang berdiam diri didepan mesin ATM menatap saldo tabungannya. Matanya berbinar ceria bibirnya mencuat naik keatas.
“Lo dapat bayaran lagi?” tukas seorang gadis disebelahnya.
“ Iyalah. Orang gue udah nyelesaiin misi gue.” Gadis bermata kejora itu membanggakan dirinya. Ia kemudian menarik pintu dan keluar dari ATM bersama gadis yang tadi berada disebelahnya.
“Kali ini siapa lagi yang berhasil lo jodohin, Van?” Nada bicara gadis itu menunjukan ketakjuban sekaligus penasaran.
Vania tersenyum seperti mengingat sesuatu lalu setengah menahan tawa. “Gue jamin lo gak percaya, La.Gue barusan berhasil jodohin si Farman dengan si Nissa, terus gue juga berhasil jodohin Pak Hasan.”
Mata bulat Lala membelalak. Nyaris keluar. Mulutnya hampir membentuk sebuah huruf “O”. “Sumpah demi apa lo,Van? Kalau si Farman dan si Nissa,gue sih percaya-percaya aja. Tapi Pak Hasan?”
Oke mungkin ekspresi Lala sedikit berlebihan, tapi gak sepenuhnya kok. Pak Farman memang seseorang lelaki perjaka tua yang menjadi tetangga depan rumah Vania. Lelaki itu sudah berumur 40 tahun dan belum menikah. Mungkin kalau digambarkan lebih jelas Pak Hasan mirip banget sama lagu “ABG Tua”nya penyanyi dangdut, Fitri Karlina. Lala dan Vania sering menjadikan lelaki paruh baya itu sebagai bahan gosip mereka.
Vania memamerkan gigi-gigi putihnya seraya mengibaskan rambutnya, Ia berkata “Gue gitu loh. Apa yang gue gak bisa? Demi duit semuanya bisa. Dan gue seneng banget bisa berbinis dengan dia. Pembayarannya oke dan tepat waktu.”
Lala hanya bergidik geli memandang temannya yang matrenya sudah stadium empat. Vania memang bukan cewek biasa. Cewek satu ini selalu mempunyai prinsip “Money is everything”. Semuanya bisa dia jadikan duit. Ya meskipun begitu dia tidakk pernah melakukan sesuatu yang illegal dan haram kok. Sampai sekarang ia belum pernah terlibat kasus bandar narkoba atau semacamnya. Dan semoga tidak pernah.
Kenyataan Vania memang harus memegang prinsipnya. Vania semata-mata bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarganya yang bisa dibilang kurang mampu. Ia mempunyai tiga adik yang masih harus sekolah, sementara uang dari ayah dan ibunya hanya cukup untuk membiayai ia kuliah. Maka dari itu, ia memutuskan untuk membiayai kuliahnya sendiri demi kelangsungan sekolah adiknya yang hampir terancam. Untungnya Vania punya otak yang cerdas, sehinggga dengan beasiswa yang ia terima cukup meringankan bebannya.
                                    ***
Telepon berdering. Dari nomor tidak dikenal.
Buru-buru Vania meyambar ponselnya diatas ranjang dan melemparkan hanaduknya ke lantai. Jarinya menekan tombol hijau pada ponselnya. Telepon tersambung.
“Halo. Benar ini Biro Pencaharian Cinta?” Suara berat itu terdengar dari baik telpon.
“Iya benar. Ini saya Vania Leirisia yang punya Biro Pencaharian Cinta. Ada yang bisa dibantu? Ini bisa langsung datang kok ke alamat yang ada di selembarannya. Ditunggu ya. Tutup jam 8 malam.”
Telpon pun terputus.
                                                ***
Mobil Avanza hitam itu sudah hampir setengah jam berhenti di perkarangan rumah sederhana bercat hijau. Akhirnya pemilik mobil itu keluar dari mobilnya dan mengetuk pintu rumah. Seorang wanita paruh baya membukan pintu.
“Maaf cari siapa ya?”
“Bener ini rumahnya Vania Cha....” Cowok itu menggaruk-garuk rambutnya berusaha mengingat nama akhir gadis yang baru saja ia telepon  3 jam yang lalu.
“Ohh. Vanianya ada tuh didalam. Sebentar ya di panggilin.”
VANIAAA... Suara lengking itu terdengar hingga keatas kamar Vania. Gadis yang dipanggil namanyan itu pun segera melesat turun menemui asal suara.
“Iya ma.” Vania menampakkan dirinya. Dengan mukanya datar yang selalu menjadi ciri khasnya ,ia memperhatikan laki-laki yang sedang berdiri didepan pintu. Ternyata feeling  dia tepat. Pasiennya akan datang. Untung dia sudah menyiapkan segalanya
“Ini mbak Vania yang punya Biro....” Belum sempat si laki-laki itu menyelesaikan perkataannya, Vania menarik lengan laki-laki itu menuju keluar teras. Gadis itu lalu menyuruh laki-lai itu untuk duduk di teras depan selagi ia masuk dan berbicara dengan mamanya.
“Siapa, Van? Temen kamu ya? Ganteng banget anaknya, Dia tadi nanya biro apaan,Van?” Semburan pertanyaan dari Mamanya itu dijawab dengan singkat oleh Vania.
“Iya ma Dia mau nanya tugas. Mama istirahat aja. Nanti biar Vania aja yang buatin minuman. Palingan bentar lagi dia pulang.”
Wanita separuh baya itu hanya mengangguk sambil tersenyum samar lalu masuk ke bilik rumahnya. Seiring dengan kepergian wanita itu, Vania kembali menemui laki-laki tadi. Laki-laki itu sedang celingak-celinguk memperhatikan tiap sudut rumahnya yang sederhana. Vania berdeham dengan tujuan menarik perhatian laki-laki tersebut. Laki-laki itu menoleh ke arahnya. Vania sedikit kaget melihatnya. Wajah laki-laki itu  memang dapat dibilang high quality. Kulitnya putih. Ramutnya yang hitam dipotong model shaggy. Matanya sipit. Laki-laki itu mempunyai hidung yang mancung dan bibir yang tidak terlalu tipis. Sosok yang begitu oriental.
“Sorry tadi ada nyokap gue. Gue gak enak ngomongin bisnis biro ini depan dia.Oh iya gue Vania Chandra, sesuai yang sudah kamu liat di brosur. Gue yang punya Biro ini. Ada yang bisa gue bantu?”
“Oh. Marcel. Gue butuh bantuan lo...
Perkataan laki-laki itu kembali disela oleh  Vania. Gadis berkulit kuning langsat itu mengambil satu lembar kertas dari map yang dia pegang lalu menyerahkannya ke laki-laki itu.
BIRO PENCAHARIAN CINTA
Melayani Apapun Problem Percintaan anda
1.      Membutuhkan pasangan
a.       Balikan dengan mantan                    Rp.500000
b.      Mencari cewek baru                         Rp 350000 (bisa nambah)
2.      Curhat tentang pacar                            Rp 50000 (solusi 100000)
3.      Usaha untuk move on                            Rp 400000
      Biro Pencaharian Cinta akan membantu anda menyelesaikan perkara ciinta anda dan membuat hubungan anda semakin lengket. No Patah hati! No Galau. GAGAL UANG AKAN KEMBALI 100%.
            Laki-laki itu tersenyum membacanya. Lesung pipinya yang dari tadi tak nampak, muncul dan memperkuat pesona si laki-laki tersbut sebagai prince charming. Oke, Buktinya Vania sempat tak berkedip beberapa detik melihat semburat senyum laki-laki itu. Demi Tuhan, dia eye- catching banget.
            Laki-laki tersebut mengeluarkan lembaran uang seratus ribuan dari dompetnya. Ia memegang uang itu dan memperlihatkannya kepada Vania. Otomatis, Vania langsung sadar dari lamunannya.
            “Gue bayar 1000000. Asal lo bisa jodohin gue sama mantan gue lagi.”
            “Setuju deh.” Bukan Vania kalau matanya gak hijau setiap ngeliat duit. Terang saja Vania langsung merampas uang yang ada di depannya. Namun laki-laki bertindak lebih cepat dari tangannya Vania. Ia mengambil kembali uangnya.
            “Gue akan ngasih duit itu dengan syarat. Kalau lo gak berhasil bikin gue balikan sama dia. Lo harus ngembaliin duit gue dua kali lipat.” Ujar cowok itu mantap.
            Tanpa berpikir dua kali, Vania mengangguk tak kalah mantap. Vania benar-benar yakin ini rejeki baginya. Lagian mana mungkin dia gagal. Sudah tiga tahun menjadi mak comblang, belum pernah ada sejarah kegagalannya mencomblangi pasiennya.
                                                            ***
            Sudah sebulan dari hari itu Vania semakin rajin menjalankan tugasnya. Dari mulai mengobservasi cewek itu. Mengintrogasi si laki-laki mengapa bisa putus. Dan kini dia mendapat kesimpulan dan sekaligus cara untuk membuat Marcel bisa jadian kembali dengan ceweknya. Marcel menceritakan semuanya tanpa ada yang ia tutupi dari Vania. Sebulan itu mereka habiskan bersama untuk sekedar mengorek informasi cewek itu. Mereka jadi sering ngbrol akrab disebuah kafe atau bertemu di rumah Vania. Mereka lebih sering terlihat berdua.
            Hari ini Vania berpikir untuk menjalankan strateginya mempertemukan Marcel dengan ceweknya secara tidak sengaja. Vania sudah mengatur skenario yang pas dan tempat mana yang akan menjadi lokasi mereka. Mereka pun segera meluncur kesana. Tidak sia-sia Vania menghabiskan waktu utnuk mengetahui dimana saja temat cewek itu nongkrong. Sesuai dengan perkiraannnya. Cewek itu tepat berada di kafe Del Amore jam 2 siang. Vania mengarahkan apa yang harus dilakukan Marcel. Dan Marcel menurutinya.  Baru satu dua dialog yang Marcel lontarkan lantaran berbasi-basi, Si cewek sudah mulai ngerespon. Vania yakin banget kalau cewek itu masih punya rasa ke Marcel. Dan misinya sudah mulai menemukan titik terang.
            Strateginya berhasil. Marcel bersama ceweknya sudah dekat kembali. Tapi entah mengapa jauh dalam hatinya Vania ia tidak mengingkan itu semua terjadi. Vania beribu kali berpikir menggunakan logika sehatnya untuk menolak, tapi tetap saja tidak bisa. Keinginannya terpaksa harus dia hempaskan ke barisan arakan awan.
            Vania tidak tahu apa yang terjadi dengan dia. Dia harus secepatnya menyelesaikan misinya agar ia tidak menganti rugi uang itu karena uang satu juta tersebut sudah ia habiskan untuk membiayai uang semesteran dia di kampus. Pikiran Vania pun menajdi kacau. Wajah Marcel mulai terlintas diotaknya. Kebersamaannya dengan Marcel membuatnya merasa sangat nyaman. Ada rasa yang tak bisa ia ungkap saat melihat Marcel berdua dengan wanitanya. Sakit yang teramat sangat. Ia merasakan hatinya tercabik-cabik. Suara berat Marcel yang selalu menelponnya tiap malam selalu ia rindukan. Apa ini? Apakah seorang Vania Chandra, si Mak comblang jatuh cinta pertama kalinya? Karena sejujurnya si Mak comblang yang selalu berurusan dengan cinta ini belum pernah jatuh cinta. Ia sebenarnya tidak mengerti apa itu cinta dan bagaimana rasanya jatuh cinta.
            Berulang kali Vania menentang kata hatinya. Tidak. Ia tidak boleh seperti ini. Hubungan ia dan Marcel hanya sebatas Klien saja. Ia harus dengan sesegra mungkin menyelesaikan tugasnya. Sebelum perasaannya tumbuh pesat. Ini sudah melanggar kode etik mak comblang. Seorang mak comblang tidak boleh perasaan cinta dengan kliennya. Vania harus melupakan semua perasaannya.
                                                ***
            “Besok sudah genap tiga bulan. Dan tugas lo sudah selesai. Thanks ya, Van.” Suara khas Marcel menyapa telinganya begitu lembut. Vania hanya bisa mengangguk lemah. Tak tahu apa yang harus ia katakan. Sesaat suasana hening. Dan akhirnya Vania memecahkan keheningan itu.
            “Besok lo harus nembak dia karena lo udah sering latihan didepan gue jadi guue yakin lo pasti diterima. Selamat ya, Cel.”
            “Lo ini, Van. Gue belum diterima lo udah ngucapin selamat. Mana tahu gue ditolak. Seandainya orang yang gue tembak itu lo. Mungkin gak lo nerima gue kayak kemarin-kemarin?” Tanya Marcel. Matanya menatap serius ke Vania. Vania berusaha menunduk dan terdiam. Oh God tak tahukan kalau hal yang dilakukan cowok itu bisa membuat semua pertahanan Vania runtuh seketika. Marcel kembali melanjutkan perkataannya yang sedari tadi belum dijawab Vania.
            “Lo ini cewek yang unik, Van. Lo beda dari cewek yang laen. Lo itu mandiri, ya meski terkadang rada nyebelin. Lo itu manis kok sebenernya, meski kadangan kebanyakan....
            “Cel, Pulang yu!” Vania menarik tangan Marcel. Ia masih tidak mau menatap mata cowok itu.
            “Lo kenapa, Van? Saa.... Marcel berhenti berkata-kata. Ia benar-benar tak bisa berkata-kata lagi. Pelukan dari Vania seakan mengunci mulutnya untuk berbicara. IA hanya bisa terdiam dan merasakan tetesan air mata yang jatuh membasahai kemejanya.
            “Sorry, Cel. Gue gak apa-apa. Yuk pulang!” Dengan cepat Vania tersadar dana melepaskan pelukannya dari Marcel.

            Itu terakhir kalinya Vania bertemu dengan Marcel. Vania tidak ingin bertemu dengannya lagi. Apalagi melihatnya menembak cewek itu. Hatinya pasti akan sakit. Sudah cukup ia melukai hati dan perasaannya sendiri. Lagian kontrak kerja Vania dan Marcel juga sudah selesai. Vania yakin seratus persen sekarang Marcel dan ceweknya itu sudah bahagia.
            “VANIAAAA.....
            Suara Ibu Vania terdengar dari bawah memanggil Vania turun.
Hari ini Vania tampak cantik dengan gaun yang dikenakannya. Rambutnya yang  biasanya dikuncir satu, kini terurai indah. Gaun kuning yang ia kenakan nampak sewarna dan cocok sekali dengan sepatu yang ia gunakan. IA benar-benar bak bidadari.
            “Iya ma, Vania sudah siap.”
            Mobil Avanza itu melaju cepat. 15 menit kemudian Vania dan keluarganya sudah sampai disebuah restaurant mewah.
            “Sebenarnya kita mau ngapain sih, MA? Mau makan disini? Kan mahal, Ma. Emang mama punya duit?” Vania semakin penasaran lantaran pertanyaan bertubi—tubinya tidak dijawab sang Mama. Wanita setengah baya itu hanya tersenyum kepada anaknya.
            Vania mengikuti mama dan papanya dan melangkah masuk ke restaurant. Mama dan papanya berhneti dan mengambil tempat duduk disebuah meja. Mereka kemudian disambut dengan pria setengah baya. Dari wajahnya, Vania dapat menerka bahwa pria tersebut seumuran dengan Papanya.
            “Ohh ini Vania. Sekarang sudah besar ya. Cantik lagi.” Pria itu tersenyum kearah Vania. Lalu memanggil seseorang. Marcel. Itu nama yang ia panggil. Apakah Vania tidak salah mendengar? Atau jangan-jangan bukan hanya otaknya dan hatinya saja yng sudah rusak karena Marcel, tapi hatinya juga?
 ‘Ini apaan sih? Aduh Vania yang namanya Marcel itu kan banyak’.  Gerutunya dalam hati.
            Laki-laki yang barusan dipanggil namanya itu datang. Laki-laki itu mengenakan kemeja hitam dan celana jins hitam . Ia lalu menuju ketempat duduk disebelah pria setengah baya itu. Vania masih terlalu memperhatikan laki-laki yang baru datang itu. Sekarang otaknya mereview kembali kejadian-kejadian =nya bersama Marcel. Ia sibuk meluruskan otaknya.
            “Marcel, ini kenalin. Dia Vania. Anaknya Om Surya yang sering papa ceritain kekamu. Vania ini kenalin. Dia Marcel, anak Om.”
            Laki-laki itu mengulurkan tangannya dan Vania membalas uluran tangan laki-laki tersebut. Sesaat keduanya saling menatap dan sama-sama terkejut.
            “Lo?” Teriak mereka berbarenngan.
            “Kalian sudah saling kenal rupanya?” Kali ini pertanyaan itu keluar serempak dari papanya Vania, mamanya Vania, dan Papanya Marcel sendiri.
            “Kalau papa mau jodohin Marcel sama dia. Marcel mau banget, Pa.” Ucapan spontan Marcel itu kontan membua pipi Vania bersemu merah. Dan malam ini Marcel yakin bahwa mak comblangnya itu sudah berubah menjadi sosok bidadari yang ia nantikan dalam percintaannya.
                                                            ***
            Malam ini langit sangat indah. Tak kalah indahnya, pemandangan di bumi malam ini jauh lebih indah.Sepasang kekasih sedang bercanda mesra dan membuat seakan jagat raya cemburu menyaksikannya.
            “Cel, Aku boleh nanya?” Gadis itu menyandarkan kepalanya ke dada bidang milik laki-laki yang saat ini duduk persis disampinga.
            “Tanya aja. Kamu mau nanya apa?” Laki-laki itu menatap cewek itu lekat seraya mengusap lembut rambutnya.
            “Kenapa waktu itu lo gak jadian sama Cecil? Lo gak mungkin ditolak kan?” Vania memutarkan bola matanya membalas tatapan laki-laki itu.
            “Gak kok.” Bibir Marcel mencuat naik. Marcel tersenyum. Masih senyum yang sama yang selalu bikin jantung Vania berhenti berdetak.
            “Terus?” Tanya Vania lagi. Ia berusaha menahan napasnya yang sesak karena sekarang jantungnya berdegup tak keruan. Oh My God kenapa laki-laki ini begitu manis? Runtuknya dalam hati.
            “Ya karena sejak peristiwa malem itu. Pikiran aku dipenuhin dengan kamu, Van. Pada akhirnya aku sadar, kalau aku sudah jatuh cinta sama mak comblangku sendiri.” Perkataan laki-laki itu seakan menyedot seluruh energi Vania. Lidah Vania berubah menjadi kelu.
            Lalu perlhan wajah mereka menjadi semakin dekat. Si gadis memejamkan matanya. Tidak ada yang bergerak mundur. Tidak ada yang menarik diri. Kedua bibir itupun bertemu. Kecupan Marcel begitu lembut mendarat pas dibibir Vania.

           


Ini Biodata Saya


·         Nama lengkap   ==> Agnesty Irenciu
·         Nama pena       ==> Nesty
·         TTL                  ==> 13 Agustus 1996
·         Alamat              ==> Jalan Kartini gang Warnasari no 40
·         E-mail               ==> Agnesty96icuu@gmail.com
·         No. HP             ==> 081379763777
·         Akun FB          ==> Agnesty Irenciu

·         Profil singkat ==>  Saya adalah pribadi yang ingin terus mengembangkan karya saya. Menulis dan tetap belajar.