Total Tayangan Halaman

Senin, 05 Mei 2014

Kamu dan Aku dalam Rintik Hujan

             Hujan rintik-rintik kala itu menaungi kota Jakarta. Senja hari yang disinggahi hujan membuat Risa mempercepat langkahnya dan segera berteduh. Risa memeluk tubuhnya yang mendingin karena terguyur rintik hujan sambil mengadahkan kepala agar bisa menatap hujan dan awan yang mendung. Risa terlalu asyik menatap bunyi tetesan air hujan yang terdengar lembut  hingga tak menyadari kehadiran seorang pria yang membuatnya tidak sendirian lagi berteduh diitempat itu. Pria itu berambut lurus hitam yang dipotng model shaggy. Rambutnya sedikit basah dan berantakan karena terguyur air hujan.
          Jalanan di dekat sana memang agak  sepi. Sedikit sekali mobil bis yang lewat. Sedari tadi menunggu, Risa masih belum mendapati bis yang ia cari dan masih berteduh disana. Sesekali ia mencuri pandang kearah pria itu, pria yang sedari tadi berteduh disana juga sambil memeluk tubuhnya yang kedinginan. Risa tersenyum setelah melihat ke ujung jalan. Beruntung sekali dirinya, karena biasanya bis jarang sekali lewat di jalan kecil ini. Hanya beberapa dan pada waktu tertentu saja. Ia segera memberhentikan bis tersebut dan masuk kedalamnya. Pria itu menyusul dibelakang. Rupanya pria tersebut dari tadi juga menunggu bis yang jurusannya sama dengan Risa.
           Tempat duduk hanya tersisa dua lagi. Risa buru-buru menduduki kursi kosong yang tersisa.
          "Kamu mau ke Tanah Abang juga?" Suara berat itu berasal dari sebelah Risa. Suara itu membuat Risa menoleh keasal suara. Ternyata pria itu. Pria yang menunggu dihalte tadi bersamanya.
           "Iya." Ucap Risa.
            Percakapan itu begitu singkat, namun wajah dan suara pria itu ada disaringan otaknya. Sejak hari itu. Pria itu menjadi sosok yang tak pernah terlepas diingatannya.
                                                                ***
            Untuk kedua kalinya, Risa kembali menggerutu lagi. Ia lupa membawa payung kecil yang biasa ia masukan ke dalam tasnya. Kali ini di jalanan itu lagi. Senja dan hujan ini membawa ingatannya ke sosok pria itu lagi. Ia sibuk menatap hujan dengan pikirannya.
             Setelah setengah jam menunggu, bis itu belum tiba dan hujan masih juga belum reda.
              'Ya Tuhan gimana bisa pulang?' keluhnya.
             Derap langkah itu terdengar semakin dekat. Risa yang dari tadi mengeluh ditengah kesendiriannya tiba-tiba berhenti. Ia tercengang melihat sosok yang datang itu. Sosok itu sudah tepat berdiri sejajar disampingnya. Tanpa banyak basa-basi, pria itu menyodorkan payung kearah Risa.
                "Mau nyari halte bis ke Tanah abang kan?" Ucap cowok itu dengan sura tipis.
                Risa tak segera menjawab. Perasaannya masih tak keruan. Merasa diabaikan pria itu mengulangi ucapannya lagi. "Mau bareng?"
              RIsa segera membuka mulutnya dan menjawab "boleh" sambil mengangguk malu-malu.
                Mereka berjalan lambat-lambat dan merapat. Tak ingin melihat cowok itu memegang gagang payung sendirian, tangan mungil Risa meraih gagang payung tersebut. Tangan mereka bersentuhan dan pada saat yang sama mata mereka bertemu pada satu titik. Terlihat seulas senyum samar diwajah mereka masih-masing. Hening.
            Sang waktu yang bekerja kemudian dengan ajaibnya mengubah keheningan diantara mereka menjadi sebuah percakapan manis. Percakapan yang lebih panjang dari percakapan awal mereka. Selama bicara, sungguh Risa tak kuasa menatap mata itu. Mata pria yang barusan bertemu dengan matanya itu membuat sensasi perasaan yang berbeda yang menyusup kehatinya. Perasaan yang tak tahu harus ia namakan apa.
                                                        ***
             "Kamu mau kemana, ndra?" Tanya Risa penasaran.
             "Kesuatu tempat. Udah ikut aja."  Risa hanya menurut . Dan hanya mampu menahan napas ketika ia memakaikan sebuah helm putih di kepalaku. Menyuruhnya  naik di belakangdan...berpegangan padanya. Hal yang biasa ia lakukan, memeluk sosok didepannya itu dan melalui jalan sepanjang apapun dengan motor vixion hitam yang saat ini mereka naiki.
          Hujan. Hari itu hujan. Risa  ingat betul. Karena sekarang, setiap hujan turun, sekelebat kepingan kenangan itu muncul ke permukaan pikirannya. Selalu berhasil membuatnya tersenyum tipis. Motor itu tetap berjalan ditengah rintik hujan dan membiarkan hujan membasahi tubuh mereka.
         Tepat disatu jalan kecil mereka berhenti dan berteduh.
        "Kamu masih ingat tempat ini?"  Tanya Andra.
        Risa hanya tersenyum lebar. Tatapannya mengaarah ke arah coretan disebuah pohon besar disampingny. 'AR' begitulah coretan yang terukir dibatang pohon besar itu.
        "Happy Annivesary sayang" Bisik Andra pelan ketelinga Risa seakan takut suaranya dikalahkan dengan derasnya hujan kala itu. Risa masih terus memandangi ANdra dengan perasaan senangnya. Sunnguh indah. Semua begitu manis. Pria ini membuatnya benar-benar merakan manisnya cinta. Mereka saling bertatapan sebelum akhirnya RIsa memejamkan kedua matanya ketika Andra mengecup lembut keningnya.
           "Makasih ya, sayang. Happy annivesary one year,dear. Hope we will be forever." Bisikku padanya.
              "Sekarang dan mudah-mudahan selamanya, aku akan mencintaimu, Ris." KAta-kata itu selalu diingat RIsa. Kata-kata sederhana, bukan sebuah janji yang terkadang hanya sekedar diucapkan oleh kebanyakan orang, namun kata-kata itu bermakna lebih dari itu.
             "Pulang yuk, Ris. Ntar kebanyakan ujan-ujanan kamu sakit lagi."
             Andra kemudian memegang pergelangan tangan RIsa. Mereka kembali menaiki motor itu dan berjalan pulang.
                                                             
              Tiga tahun kemudian....

             "Tapi kenapa secepat itu sih, ndra?" Risa masih terus-terus bertanya mengenai keputusan Andra yang membuatnya heran sekaligus kecewa. RIsa tahu ini begitu egois, tapi pertanyaan terbesarnya disini adalah perempuan mana yang senang saat pacarnya memutuskan untuk meninggalkan mereka? 
               "Aku dipindahtugaskan kesana, Ris. Gak lama kok, hanya 1 tahun. Aku janji sehabis aku pulang dari Medan. Kita akan menikah. 
                "Aku gak masalahin tentang pernikahan. Aku hanya takut." Mata RIsa tiba-tiba terasa perih. Air mata yang tertahan kini terpaksa keluar. 
                "Aku kan udah pernah bilang, Ris. Aku gak suka ngelihat kamu nangis. Udahlah sayang." Tangan-tangan Andra meraih pipi mulus Risa dan mengusap lembut bulir air mata yang berjatuhan dipipinya.
                "aku takut kehilangan kamu,ndra." Ucap Risa lirih
                "Aku gak akan meninggalkan kamu, RIs. Aku janji. Ini cuma sementara." ANdra memegang lengan Risa dan menatapnya penuh dengan keyakinan.
                "Kamu tahu kan? Hubungan LDR itu gak akan bertahan lama. Aku gak mau kita LDR'an." 
                "Ris, Ini cuma masalah jarak dan waktu. Percaya sama aku dua hal itu dan akan mungkin jadi pemisah kita saat kita benar-benar saling cinta, ris."
    Pada akhirnya Risa hanya mengangguk lemah. Ia benar-benar ikhlas merelakan pria yang sudah tiga tahun bersamanya ini harus pergi. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana hari-hari yang akan ia lalui tanpa pria itu. Berulang kali ia meyakinkan dirinya bahwa ini hanya unuk sementara. Ia berusaha berpikir kalau ini hanya sebuah cobaan kecil yang harus ia lalui supaya ia bisa hidup dengan Andra selamanya. Ia yakin Andra begitu mencintainya dan tidak akan mungkin mengakhiri hubungan mereka.
      "Aku pulang ya, Ris. Udah malem. Lagian kamu harus banyak istirahat. Gak usah banyak pikiran ya, Ris. Percaya ya sayang. Kita akan baik-baik saja." Dinopun pergi meninggalkan Risa yang duduk terdiam diruangan tamu itu. Ia menatap punggung cowok itu yang kemudian menghilang. Tangis Risa pecah. PErasaan dalam hatinya kini keluar semua. Sesak. Itulah yang sedari tdi ia rasakan. Risa merasa akan kehilangan sosok ANdra untuk selamanya
                                                     ***
                                    
Hari ini hujan. Andra meninggal. Risa membiarkan air matanya tumpah ditengah derasnya hujan. Saat itu juga alam semesta seperti mersakan luka dihati Risa. Luka yang menganga lebar di hatinya. Seluruh hatinya seakan ikut terkubur bersama sosok cowok itu. Miris. Itu satu-satunya kata yang tepat untuk menggambarkan hidupnya. Mengapa begitu cepat Tuhan mengambil sosok Andra yang baru saja ia lihat. Ia benar-benar tidak menyangka malam iitu akan menjadi hari terkahirnya untuk melihat Andra. Andra benar-benar pergi, bukan pergi ke Medan untuk sementara, tapi ke surga untuk selamanya.  Miris. Itu kata-kata yang tepat baginya. Ia benar-benar tak bisa menyangka kecelakaan maut itu bisa terjadi. Semua ini bagaikan mimpi  buruk. Terutama saat-saat dimana Andra mengucapkan namanyanya dan berkata 'love u' didetik nafas terakhirnya. Ia belum bisa merelakan sosok pria yang sangat berharga dalam hidupnya itu pergi selamanya.
                                                  *** 
Gadis itu menaruh seikat bunga yang ia rangkai sendiri dan meletakannya dibawah batu nisan putih yang bertuliskan nama "Andra Irawan". Ia menatap rintik hujan yang membasahi gundukan tanah yang tertancap batu nisan . Hujan seakan mempunyai arti tersendiri baginya. Hujan sebagai pembawa kerinduannya sekaligus airmatanya. Hujan adalah saat dimana ia harus merasakan sebuah kehilangan. Tak terhitung sebanyak apa airmatanya yang telah menetes bersamaan dengan tetesan air hujan. Selalu saja, hujan mengingatkannya kepada sebuah cerita. Cerita yang kini menjadi kenangan baginya. Kenangan bersama seorang pria yang sederhana, sesederhana cintanya pada pria tersebut. Bukankah cinta itu adalah satu hal sederhana karena itu ia terlalu rumit untuk dijelaskan dengan kata-kata.
Pria itu mengajarinya banyak hal, tertawa saat hujan, menangis saat hujan, dan satu hal terpenting yang pria itu ajari adalah mencintai seperti hujan yang akan sealu ada untuk membasahi bumi karena ia tak ingin bumi kekeringan, bahkan hujan selalu meninggalkan keindahan untuk bumi sesaat setelah ia pergi. 
Hujan kali ini sangat deras sekali sederas rindu yang melanda hati Risa.
"Happy annivesary 4 tahun sayang. I miss you so much." 


               
          
              
      
         

1 komentar: